”instagram”
header ruang kecil amina

Membangun Komunikasi Produktif, Anak juga Butuh Didengar!

Membangun Komunikasi Produktif, Anak juga Butuh Didengar!

Hai bestie!

Akhir-akhir ini, aku merasa zaara anak pertamaku lebih sering ngambek atau lebih memilih diam. Ternyata setelah diselidiki, karena aku sering kali salah paham apa yang dimaksudnya. Jadi ingat dengan materi dari Ibu Profesional tentang membangun komunikasi produktif.

Ah, memangnya pentingnya komunikasi produktif ke anak?

Eits, jangan salah ya bestie. Komunikasi yang baik itu bukan hanya sesama orang dewasa, namun dengan anak juga penting. 

Terjadinya salah paham muncul bukan karena pesan percakapan yang disampaikan tidak tepat. Tapi biasanya karena cara menyampaikan dan timing yang kurang tepat. 

Apalagi awal-awal Zaara baru bisa berkomunikasi dengan jelas. Kadang ada saja salah paham, sampai aku kebingungan. Jadi, sebenarnya komunikasi produktif itu apa sih? Yuk, simak penjelasannya.

Apa itu Komunikasi Produktif?

Menurut kamus KBBI Online, komunikasi adalah sebuah proses pengiriman dan penerima pesan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Sedangkan, komunikasi produktif adalah proses pengiriman pesan dimana pesan akan diterima oleh lawan bicara dengan tepat.

Lalu, bagaimana kita tahu kalau komunikasi yang berikan tersampaikan dengan baik? 

Bisa dilihat dari respon lawan bicara. Apakah sesuai dengan yang kita harapkan. Serta feedback yang diberikan apakah baik. Jadi, komunikasi produktif bukan hanya menyampaikan pesan dengan tepat. Tetapi juga memperhatikan feedbacknya. 

Cara Membangun Komunikasi Produktif dengan Anak

Membangun Komunikasi Produktif, Anak juga Butuh Didengar!

Nah, bagaimana agar membangun komunikasi dengan anak itu menjadi produktif? Sebagai yang memberikan pesan lebih dulu pada anak, kita perlu belajar untuk mengerti dan memahami dulu. 

Buka mata, telinga, buka pikiran dan buka hati. Dengarkan lebih dulu untuk memahami apa yang diinginkan anak. Jika perlu bertanya untuk memahami, bukan untuk berdebat atau mempertanyakan 

Sejatinya, anak-anak memiliki cara komunikasi yang unik. Mungkin saja anak-anak tidak memahami kata yang kita sampaikan. Tetapi mereka tidak akan salah dalam meniru apa yang dilihatnya.

“Children do, children see”

Bukan kita sebagai orang tua yang menuntut anak untuk bisa komunikasi produktif dengan baik. Namun, kita perlu memberikan contoh yang baik bagaimana berkomunikasi.

Berikut beberapa cara membangun komunikasi produktif dengan anak, berdasarkan materi yang aku dapat dari kelas bunda sayang ibu profesional, antara lain :

1. KISS (Keep Information Short and Simple)

Sebagai orang tua kadang tidak sadar sering memberikan perintah pada anak dengan kalimat panjang dan banyak hal. Lalu, ketika anak tidak menaati sesuai dengan harapan kita. Kita yang marah dan menyalahkan anak.

Anak itu sejatinya belum pernah menjadi orang dewasa, jadi perlu diberikan pesan atau informasi yang singkat dan simpel. Agar lebih mudah di pahami.

Misalnya, nak kalau sudah selesai makannya jangan lupa cuci tangan, lalu piring habis makannya taru ke cucian piring. Sekalian bersihkan nasi yang tumpah di lantai.

Coba bayangkan anak-anak mendapatkan pesan yang panjang seperti itu. Pasti yang dilakukan hanya satu dan itu kalimat pertama yang kita sampaikan. Lalu, ketika anak tidak melakukan yang lainnya. Kita merasa kesal karena tidak menurut.

Padahal kenyataanya anak baru bisa menerima pesan melalui komunikasi dengan cara sederhana.

Oleh karena itu, sebagai orang tua sebaiknya bila berbicara dengan anak gunakan kalimat tunggal.

2. Active Listening

Mendengarkan secara aktif dapat membantu anak untuk bisa berkomunikasi dengan baik, merasa dipahami. Ditambah saat berkomunikasi dengan menggunakan senyuman dan fokus pad anak. Bisa menjadi contoh yang baik, menunjukan bahwa komunikasi bukan hanya memberikan pesan yang di sampaikan saja.

Namun, bagaimana berkomunikasi dua arah dengan lawan bicara dengan baik.

3. Reflective Listening 

Reflective listsning atau mendengarkan dengan reflektif. Salah satu cara baik untuk membangun komunikasi produktif dengan anak. 

Contohnya, saat anak sedang bercerita bahwa dia sedang kesal dengan temannya.

“Kakak, nggak mau bermain lagi dengan putri”

Kita bisa menjawab dengan kalimat “Oh, kakak tidak bermain dengan temanmu lagi?”

Kalimat tersebut bisa memberikan ruang pada anak, untuk memahami emosi yang sedang dirasakannya. Tanpa menghakimi atau menyalahkan ucapan yang dikeluarkannya. Karena bisa saja itu hanya emosi sementara yang dirasakan anak.

Kemudian, lanjutkan percakapan dengan menjelaskan tentang perasaan yang dirasakannya. Maka, anak belajar bagaimana memahami perasaanya sendiri.

4. Mengendalikan Intonasi Suara dan Ramah

Berusahalah berbicara dengan anak menggunakan intonasi suara yang lembut dan ramah pada anak. Berbicara pada anak bukan hanya memberikan sebuah pesan saja. Namun, juga memberikan emosional dan perasaan yang baik pada anak.

5. Sampaikan Pesan yang Jelas dan Spesifik

Katakan apa yang ingin kita sampaikan pada anak, bukan memberikan pesan yang tidak diinginkan. Sering kali, menggunakan kalimat negatif. Justru anak akan lebih menyerap kalimat yang diucapkan.

Misalnya, “kakak jangan loncat-loncat terus di kasur dong, mama tidak suka”

Anak akan lebih merekam kalimat loncat-loncat dikasur. Dibandingkan kata larangannya.

Oleh karena itu, gunakanlah kalimat aktif ketika berbicara pada anak. “Kakak, mamih tidak suka kalau kamu terus meloncat”

Menggunakan kalimat yang baik, membantu memberikan contoh positif pada anak. Perlu diingat, percakapan yang dilakukan usahakan anak tetap merasa dihargai.

Tips Mempraktekan Komunikasi Produktif

Membangun Komunikasi Produktif, Anak juga Butuh Didengar!

Perlu dipahami, komunikasi merupakan sebuah kemampuan atau skill yang bisa dilatih secara terus menerus. Tidak ada yang bisa berkomunikasi langsung secara baik dan produktif. Semuanya biasanya karena sudah terlatih. 

Berkomunikasi dengan anak sama halnya seperti kita membangun rasa cinta yang besar. Kita perlu menunjukan dengan cara terbaik.

Terus berlatih dan memperbaiki komunikasi lebih baik pada anak. Menggunakan kalimat positif dan fokus dengan masa depan anak. Bukan membicarakan kesalahan atau hal yang dilakukan anak secara berulang.

Gunakan bahasa tubuh yang bisa membuat anak nyaman, dapat bantu maksimalkan pesan yang disampaikan diterima dengan baik.

Terakhir, jangan lupa untuk memberikan empati, perhatian dan pemahaman selama komunikasi dilakukan.

Kesimpulan

Membangun komunikasi produktif pada anak ternyata bukan hanya agar pesan yang ingin disampaikan di terima baik ya. Semua proses ini merupakan pembelajaran agar bisa saling memahami. Sejatinya anak juga ingin didengar lebih baik. Bukan hanya di perintahkan untuk menurut.  Semoga kita selalu bisa terus belajar menjadi orang tua yang baik di mata anak-anak ya.



Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.